Budaya Asing

0

1. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
• Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.

• Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

2. Pengaruh dan Dampak Budaya Asing di Indonesia

Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Indonesia, untuk jaman sekarang, sudah mengalami perubahan kebudayaan yang membawa pengaruh bagi budaya Indonesia. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.

Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.

Jadi, dengan adanya budaya barat atau budaya asing di Indonesia, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Dampak masuknya budaya asing antara lain :
1. terjadi perubahan kebudayaan
2. pembauran kebudayaan
3. modernisasi
4. keguncangan budaya
5. penetrasi budaya
6. memperkaya keberagaman budaya
7. melemahnya nilai-nilai budaya bangsa
Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, bagi dari segi postif, maupun negatif. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya yang baik di ambil dengan yang tidak, maka kita semua sebagai warga Indonesia wajib membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita sendiri, jangan sampai melupakan budaya lama, dengan sudah menemukan budaya baru.

3. Upaya Melestarikan Budaya Indonesia dengan tetap membawa Budaya Asing
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya 

sumber

BUDAYA MASYARAKAT YANG MULAI HILANG

0

Kita sebagai orang Indonesia yang berbudi luhur pasti tahu dengan budaya yang akan dibahas ini, tapi belakangan kita bisa melihat, merasakan (bahkan mungkin mengalami) udah mulai berkurang. Jadi, kami coba angkat deh, supaya Anda mau mengembalikan budaya kita, menjadi budaya sesungguhnya!

 

1. Cium Tangan Pada Orang Tua

Biasanya sih dibilang “salim“, bila di semasa saya hal ini merupakan kewajiban anak kepada orang tua disaat ingin pergi ke sekolah atau berpamitan ke tempat lain. Sebenarnya hal ini penting , cium tangan pada orang tua dapat menanamkan rasa cinta kita sama orang tua, cium tangan itu sebagai tanda hormat dan terima kasih kita sama mereka, selain itu cium tangan pada orang tua juga sangat bermanfaat untuk menjalani kegiatan kita di luar rumah karena cium tangan merupakan ridho dan doa orang tua kepada anaknya untuk. Masih banyak sebenarnya manfaat cium tangan atau berpamitan kepada orang tua. sudahkah kalian mencium tangan orang tua hari ini?

 

2. Penggunaan tangan kanan

Bila di luar negeri, saya rasa gak masalah dengan penggunaan tangan baik kanan ataupun kiri, tapi hal ini bukanlah budaya kita. Budaya kita mengajarkan untuk berjabat tangan, memberikan barang, ataupun makan menggunakan tangan kanan. Karena tangan kanan merupakan wujud rasa sopan santun dari bangsaIndonesiasebaai warisan leluhur yang seharusnya terus dilestarikan sampai kapanpun. Walaupun sejak lahir seseorang dianugrahi kebiasaan kidal, namun untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sopan santun, seharusnya seorang kidal pun harus ikut ambil bagian untuk melestarikan budaya tangan kanan.

                                            
3. Senyum dan Sapa

Ini sihIndonesiabanget! Dulu citra bangsa kita identik dengan ramah tamah dan murah senyum. Namun sekarang banyak sekali masyarakat yang enggan memberikan senyum walaupun dengan tetangga. Senyum itu merupakan tegur sapa yang dapat menambahkan rasa keakraban dengan orang lain disekitar kita. Budaya ini juga seharusnya jangan sampai hilang. Gak ada ruginya juga kita melakukan hal ini, toh juga bermanfaat bagi kita sendiri karena senyum itu ibadah

4. Musyawarah

Satu lagi budaya yang udah jarang ditemuin khususnya di kota-kota besar semisal Jakarta. Kebanyakan penduduk di kotabesar hanya mementingkan egonya masing-masing, pamer inilah itulah, mau jadi pemimpin kelompok ini itu dan bahkan suka main hakim sendiri. Tapi coba kita melihat desa-desa yang masih menggunakan budaya ini mereka hidup tentram dan saling percaya, ga ada yang namanya saling sikut dan menjatuhkan, semua perbedaan di usahakan secara musyawarah dan mufakat. Jadi sebaiknya Anda yang ‘masih’ merasa muda harus melestarikan budaya ini demi keberlangsungan negara Indonesia yang tentram dan cinta damai.

5. Gotong royong

Sangat jarang sekali saya lihat masyarakat bergotong royong tanpa pamrih, melakukan gotong royong untuk bergerak dalam menjaga kebersihan lingkungan. “Itu bukan urusan gue!“, emang gue pikirin“, kata-kata itu yang pernah terdengar di telinga saya. Kita sebagai generasi muda mulai menimbulkan lagi rasa simpati dengan membantu sesama, karena dengan kebiasaann seperti inilah bangsa kita bisa merdeka saat masa penjajahan, ga ada tuh perasaan curiga, dan dulu persatuan kita kuat.

 

Kerokan

0

Kerokan” yang biasa dilakukan orang Jawa dipercaya mampu mengembalikan keseimbangan individu, baik fisik maupun metafisik, kata antropolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Atik Triratnawati.

“Dalam mengatasi masuk angin, orang Jawa menggunakan cara `kerokan` sebagai penyembuhan holistik, yakni berusaha mengembalikan keseimbangan `jagad gedhe` (makrokosmos) maupun `jagad cilik` (mikrokosmos). Artinya, manusia berusaha memperbaiki relasi sosial, baik dengan sesama, lingkungan maupun Tuhan,” katanya, di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia dalam diskusi “Masuk Angin: Konsep Jawa Versus Modern dan Implikasi Pengobatannya”, penyembuhan holistik melihat manusia secara lengkap. Artinya, pasien bukan hanya sekadar tampilan jasad yang harus dibebaskan dari bakteri maupun penyakit fisik lainnya, melainkan lebih dari itu.

“Dalam pengobatan holistik tidak hanya individu yang diperlakukan secara pribadi, tetapi juga ada unsur merawat, karena individu yang tidak mampu merawat diri sendiri, dibantu orang lain. Dalam hal ini kasih sayang akan muncul,” katanya.

Ia mengatakan “kerokan” juga mengandung unsur tolong menolong. Meskipun penderita mampu mengerok diri sendiri, ada bagian tubuh tertentu yang harus dikerok oleh orang lain, karena keterbatasan jangkauan tangan manusia.

“Kerokan menunjukkan sifat tolong menolong antarsesama, saat ini diminta mengerok, lain kali ganti akan meminta dikerok. Hal ini menunjukkan bahwa bagi orang Jawa hidup itu tidak mungkin tanpa bantuan orang lain,” katanya.

Bahkan, menurut dia, pascapengobatan, perilaku orang Jawa akan berubah lebih pasrah dan sabar atas apa yang akan terjadi, baik kesembuhan maupun ketidaksembuhan. Dengan rasa sugesti yang kuat atas penyembuhan yang mereka lakukan, mampu mempercepat proses kesembuhan.

Ia mengatakan bagi orang Jawa masuk angin telah dianggap sebagai gangguan kesehatan yang sifatnya biasa atau lumrah, bahkan sering dianggap sebagai penyakit harian.

Pemahaman konsep Jawa mengenai masuk angin selalu terkait dengan yang masuk ke dalam tubuh, sehingga seluruh tubuh menjadi dingin.

Angin yang bersifat dingin tersebut jika terdapat dalam jumlah yang tidak seimbang akan menimbulkan gangguan kesehatan. Teori penyebab penyakit ini pun muncul lebih didasarkan pada naturalistik daripada personalistik.

“Bagi orang awam masuk angin dianggap terjadi karena kehujanan, perut kosong, atau pencernaan kurang beres. Namun, bagi orang Jawa justru berbeda, dapat berupa fisik maupun mental bahkan keduanya,” katanya.

Hal itu berbeda dengan kalangan medis, yang menganggap masuk angin hanya kumpulan gejala seperti flu, atau penyakit lainnya, sehingga penyembuhannya cenderung menekankan pada aspek klinis yang mandiri dan terpisah dari unsur budaya.

“Untuk angin duduk, kalangan medis menganggap sebagai gangguan pembuluh darah yang jika dibiarkan bisa menjadi serangan jantung,” katanya.| Raya

sumber 18/04/2012

budaya kerja dari jepang

0

Pernahkah sebelumnya Anda mendengar Budaya Kerja 5S? Atau bahkan Anda telah menerapkannya di tempat Anda bekerja saat ini? Budaya Kerja 5S adalah budaya kerja yang terlahir dari budaya Jepang dalam teknik berumahtangga praktis. Tujuannya adalah peningkatan profit, efisiensi, pelayanan, dan keamanan.

Budaya kerja 5S terdiri dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi 5R, yaituRingkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Budaya kerja 5S saat ini sudah banyak diterapkan dalam organisasi maupun perusahaan. Dasar-dasar 5S adalah sebagai berikut:

Seiri (Ringkas)

Merupakan langkah awal dalam menjalankan budaya 5S, yaitu membuang atau menyortir barang-barang, file yang tidak digunkan lagi ke tempat pembuangan atau recycle bin.

Tindakan ini dilakukan agar tempat penyimpanan menjadi lebih efisien, karena dipergunakan untuk menyimpan barang atau file yang memang penting dan dibutuhkan. Selain itu bertujuan agar tempat kerja Anda terlihat lebih rapi, tidak berantakan seperti sebelumnya.

Seiton (Rapi)

Setelah Anda menyortir semua barang atau file yang tidak dipergunakan lagi. Kini saatnya Anda merapikan semua barang dan filepenting Anda dengan teliti. Buatlah semuanya menjadi terorganisir dan sistematis. Berikan nama pada setiap tempat penyimpanan yang mudah diingat, bisa juga gunakan kode pada tempat penyimpanan. Jika berbentuk barang, berikan label dengan nama atau visual sebagai ciri khas, jika berbentuk file atau softcopy data manajemenkan folder-folder di komputer Anda. Tujuannya agar mudah mengidentifikasi saat file, barang atau benda tersebut dibutuhkan dan Anda tidak perlu membuang banyak waktu hanya untuk mencarinya.

Seiso (Resik)

Langkah berikutnya adalah membersihkan tempat kerja, ruangan kerja dan lingkungan kerja Anda. Tanamkan dalam diri Anda kebersihan merupakan hal yang fital dalam kehidupan, jika Anda tidak menjaga kebersihan, lingkungan Anda menjadi kotor dan menjadi faktor utama terjangkitnya penyakit. Jika Anda terserang penyakit, sudah pasti pekerjaan Anda akan tertunda bahkan terbengkalai, terhentinya produktifitas Anda akan menyebabkan banyak kerugian. Lakukanlah kebersihan harian, pemeriksaan kebersihan dan pemeliharaan kebersihan.

Seiketsu (Rawat)

Tahap ini adalah tahap yang sulit, karena Anda harus menjaga ketiga tahap yang sudah dijalankan sebelumnya secara rutin. Tahap ini dapat juga disebut tahap perawatan atau maintenance.

Shitsuke (Rajin)

Rajin atau disiplin meliputi suatu kebiasaan dan pemeliharaan program 5S yang sudah berjalan. Ada baiknya, jika Anda berada diposisi sebagai atasan, buatlah standarisasi 5S dan berikan training 5S agar seluruh anggota organisasi atau perusahan paham akan kegunaan dari 5S sebagai dasar kemajuan perusahaan karena dengan menerapan 5S yang praktis dan ringkas bertujuan pada efisiensi, pelayanan yang baik, keamanan bekerja, dan peningkatan produktifitas dan profit.

 

kesimpulannya dengan dijalankannya 5s tersebut, maka akan terciptanya llingkungan kerja yang nyaman sehingga berpengaruh terhadap produktivias pekerja. Mungkin untuk membiasakan diri dalam bekerja dibawah budaya 5s  memang cukup sulit apabila kita tidak sepenuh hati dalam menjalankannya.